****ORANG YANG SALAH TAPI SELALU MENCARI KEBENARAN ADALAH ORANG YANG BODAH****

Selasa, 08 Maret 2011

ASKEP HEPATITIS KRONIS

A. Definisi
Hepatitis kronik adalah suatu syndrome klinis patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, ditandai oleh berbagai peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus tanpa penyembuhan dalam jangka waktu 3 – 6 bulan.
B. Etiologi
Dikenal 4 kelompok etiologi Hepatitis kronik yaitu :
1. Infeksi virus : Virus Hepatitis B,C, dan D
2. Penyakit hati autoimun
3. Obat-obatan : metaldopa, isoniaszid
4. Kelainan genetic
C. Patofisiologi
Kerusakan hepatosid terjadi akibat lisis heposit melalui mekanisme imunologis infeksi khonik terjadi jika terdapat gangguan respon imonologis terhadap infeksi virus. Selama infeksi virus akut terjadi infiltrasi sel-sel radang antara lain (Lymfosit T yaitu sel NK ( Non Sepesifik Killer ) dan selsitoksik Cytotoxic T Lymphoctes ). Antigen virus terutama HBc Ag dan HBc Agyang diekpresikan pada permukaan hepatosid bersama-sama dengan glikoprotein HLA Class I ( Human Leveoccyte Antigen ), Mengakibatkan heposit yang terinfeksi menjadi target untuk lisis oleh limfosit T > Walaupun ekpresi HLA oleh hipayosid normal cukup memadai, ekpresi ini akan semakin diperkuat oleh peningkatan aktifitas interveron endogen yang diprodoksi selama fase awal infeksi virus.
Interveron juga akan mengakibatkan enzim seluler termasuk 2-3 Oligoadenilat Sintese, endonuklease dan proteinkinase. Enzim-enzim tersebut akan menghambat sintesis protein virus dengan cara degradsi MRNA atau menghambat proses translasi. Perubahan-perubahan akibat interveron akan menimbulkan status anti viral pada hepatosit yang tidak terinfeksi dan mencegah reinfeksi selama proses lisis hepatosit yang terinfeksi.
Hepatitis virus yang berlanjut menjadi kronik menunjukkan respon imunologis seluler terhadap infeksi virus tidak baik. Jika respon imunologis buruk, lisis hepatosit yang terinfeksi tidak akan terjadi, atau berlangsung ringan saja. Virus terus berproliferasi sedangkan faal hati tetap normal. Kasus demikian disebut pengidap sehat. Disini ditemukan kadar HBs AG serum tinggi dan hati mengandung sejumlah besar Hbs AG tanpa adanya nekrosis hepatosid.
Kegagalan lisis hepatosit yang terinfeksi virus oleh Limfosit T dapat terjadi akibat berbagai mekanisme :
1. Fungsi sel T Supresor ( TS ) yang meningkat
2. Gangguan funsi sel T Sitotoksik ( Tc )
3. Adanya antibody yang menghambat pada permukaan heaptosit
4. Kegagalan pengenalan ekpresi antigen virus atau HLA class I pada permukaan
Hepatosit.

D. Gambaran Klinis
1. Gejala-gejalaprodomal, timbul pada semua penderita :
- Malaise dan demam derajat rendah, Rasa malas, Anoreksi, Sakit Kepala
- Banyak penderita mengalami antralgia, artristis ,urtikaria dan ruam kulit
sementara, Rasa tidak nyaman dikuadran kanan atas
2. Gejala fase ikterik ( berlangsung 4-6 Minggu )
- Penderita merasa lebih sehat dan nafsu makan kembali
- Demam merendah
- Urine menjadi gelap dan faeses memucat
- Hati membesar
- pada beberapa penderita sering dapat ditemukan limfadenopati yang nyeri.
3. Kelainan Biokimia
- Peningkatan kadar AST ( asparat amino transferase ) dan ALT ( alanine
aminotransferase
- Billirubinuria
- Hiperbillirubinamia
E. Penatalaksanaan kasus
1. Medis
Pada kasus hepatitis kronik aktif dengan peningkatan transaminase yang persisten lebih dari 5-10 kali nilai normal, dapat dipertimbangkan terapi antitiral dengan interteron diberikan dengan dosis 3 MU sukutan atau intramuskuler 3 kali seminggu selama 6 bulan. Jika 2-3 bulan, trnsaminase tidak menunjukkan perbaikan pemberian interferon dihentikan.
Antiviral lainya adalah Ribavirin yang aktif terhadap virus RNA diberikan peroral. Obat tersebut dapat dikombinasikan dengan interveron
2. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia,muntah,dan kesulitan menelan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Menunjukkan prilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/ mempertahan BB yang sesuai
- Menunjukkan peningkatkan BB mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
Intervensi
1. Pertahankan oral hygiene yang baik sebelum dan sesudah makan.
R/ Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan
2. Berikan makan sedikit sedikit tapi sering
R/ makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi
3. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ Menurunkan rasa penuh pada abdoment dan dapat meningkatkan pemasukan
4. Dorong pemasukkan sari jeruk,minum karbonat dan perment berat sepanjang hari
R/ Sebagai bahan ekstra kalori dan dapat lebih muda dicerna.
5. Konsul ahli diet,dukungan tim nutrisi untuk merikan makanan sesuai dengan kebutuhan asien.
R/ Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu.
6. Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan
R/ Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi / gejala memanjang.
7. Berikan obat sesuai indikasi : Antimietik,Antasid,Vitamin,Corticsteroid
R/ dapat menurunkan mual,kerja pada asam gaster menurunkan iritasi,membantu proses penyembuhan, dikontrindikasikan karena meningkatkan resiko berulang.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/ penurunan kekuatan
/ ketahanan nyeri,mengalami keterbatasan aktifitas.
Tujuan :ketifitas terpenuhi
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman situasi / factor risiko dan program pengobatan induvidu
- Menunjukkan teknik/ prilaku yamg memapukan kembali melakukan aktifitas melaorkan kemapuan melakukan peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi
1. Tingkatkan tirah baring / duduk,berikan lingkungan tenang,batasi pengunjung bila diperlukan
Meningkatkan istirahat dan tenang ,posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran kekaki,yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati
2. Ubah posisi dengan sering ,berikan perawatan kulit yang baik
R/ Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkantekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusaka jaringan
3. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
R/ Memungkinkan priodetambahan istirahat tanpa gangguan
4. Tingkat aktifitas sesuai dengan toleransi
R/ Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
5. Berikan aktifitas hiburan yang tepat contoh nonton TV
R/ dapat meningkatkan koping.
6. Awasi terulangnya anoreksi dan nyeri tekan pebesaran hati
R/ Menunjukkan kurangnya resolosi/ ekssaserbasi penyakit,memerlukan istirahat lanjut,menganti program terapi.
7. Berikan obat sesuai indikasi : sedative,antiansietas.
R/ Membantu dalam manajement kebutuhan tidur
8. Awasi kadar enzim hati
R/ Membantu menetukan kadar aktifitas yang tepat, sebagai peningkatan premature pada potensial resiko berulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar