****ORANG YANG SALAH TAPI SELALU MENCARI KEBENARAN ADALAH ORANG YANG BODAH****

Selasa, 08 Maret 2011

ASMA BRONKIAL

1. Pengertian
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamsi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktifitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas,dan gejala pernafasan ( mengi dan sesak ). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversubel,namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relative nonreversible tergantung berat dan lamanya penyakit.
2. Etiologi
Penyebab asma secara pasti belum jelas,namun yang memegang peranan utama adalah trakea dan bronkus itu sendiri. Ada beberapa factor yang diangap sebagai pencetus terjadinnya serangan,antara lain :
- Faktor imunologi
- Faktor otonom
1. Faktor Imunologi yang dapat menyebabkan / mencetuskan serangan asma antara lain:
- Alergen utama : debu rumah,spora jamur,tepung sari
- Iritan : Asap,bau-bauan,polutan
- Infeksi virus
- Perubahan cuaca yang ekstrem
- Obat-obatan
2. Faktor system otonom
- Gangguan saraf para simpatis ( hiperreaktifitas saraf kolinergik
- Gangguan saraf simpatis ( blockade reseptor adrenergic beta dan hiper reatifitas
adrenergic alfa.
3. Patofisiologi
Penyebab utama yang mendasari peningkatan reaktivitas bronkus belum jelas, namun ada beberapa hal yang disepakati oleh para ahli yang diduga menyebabkan terjadinya hiperaktifitas,diantaranya adalah gangguan saraf otonom.
Gangguan saraf autonom meliputi saraf para simfatis ( hiperaktifitas ) saraf kolinergik ),gangguan saraf simpatis ( blockade reseptor adrenergic beta ) dan hiperaktifitas adrenergic alfa. Rangsangan reseptor kolinergik dan rangsangan reseptor adrenergic alfa akan menyebabkan bronco kontrisi.
Pada gangguan system immune dimulai dengan masuknya allergen merangsang system immune membentuk antibody jenis IgE. Kemudian menempel pada permukaan sel mastosit pada saluran pernafasan dan kulit. Ikatan antara allergen dengan IgE akan mencetuskan serangkaian reaksi dan menyebabkan pelepasan mediator kimia seperti histamine, leukotrin.prostaglandin,eosinofil chemotactic factor ofanafilacic ( Ecf-A),neorofil chemotatik factor. Mediator –mediator ini yang akan menyebabkan bronkokontrisi,edema,hiperreaksi kelenjar-kelenjar submukosa dan infiltrasi sel-sel radang di saluran nafas kemudian akan menimbulkan asma akut bahkan samapi asma kronis.
Pada serangan asma yang berat yang disertai hipoksemia sehingga akan menyebabkan pengeluaran CO2 yang berlebihan yang selanjutnya mengakibatkan tekan darah arteri ( Pa CO2 ) menurun sehingga terjadi alkalisis respiratorik ( PH darah meningkat ). Bila serangan asma lebih berat lagi banyak banyak alveolus tertutup oleh mucus sehingga ventilasi tidak mencukupi lagi, hipoksemia bertambah berat,kerja otot-otot pernafasan bertambah berat,prodoksi CO2 meningkat disertai ventilasi alveolus yang menurun,menyebabkan retensi CO2 dalam darah ( hipercapnea ), maka akan terjadi asidosis respiratorik ( pH darah menutrun ). Stadium ini dikenal dengan gagal nafas
4. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktifitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala- gejala asma antara lain :
1. Bising mengi ( wheezing ) yang terdengar dengan atau tanpa stetosko.
2. Batuk prodoktif,sering pada malam hari.
3. Nafas atau dada seperti tertekan.
Gejala bersifat paroksismal,yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.
5. Diagnosis
Diagnosis asma berdasarkan :
1. Anamnesis : riwayat perjalan penyakit,factor-faktor yang berpengaruh terhadap asma. Riwayat keluarga dan riwayat adanya alergi,serta gejala klinis.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium : darah ( terutama eosinofil,igE total,igE spesifik) spuntum ( eosinofil,spiral Cursman,kristal Charcot- Leyden )
4. Tes funsi paru dengan spinometri atau peak flow meter untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas.
6. Komplikasi
Pnemotroks, Pneumomediastinum dan emfisema subcutis,atelektasis,aspergilosis bronkopulmonar alergik,gagal nafas,bronchitis,dan fraktur iga.

7. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah
1. Menyembuhkan dan mengedalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktifitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel.

8. Pathways


9. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Ketidak efektivitasan bersihan jalan nafas Berhubungan dengan sekresi berlebihan dan kental
Tujuan : - Individu tidak akan mengalami aspirasi
- Individu menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran
udara dalam paru-par
Intervensi :
1. Intruksikan induvidu untuk melakukan metode batuk terkontrol yang tepat
- Napas dalam dan lambat sambil duduk setegak mungkin
- Gunakan pernafasan digfrakma
- Tahan nafas selama 3 – 5 detik kemudian hembuskan secara perlahan sebanyak mungkin melalui mulut
- Ambil napas kedua,tahan, dann batuk batuk dengan kuat dari dada
2. Pertahankan kelembaban udara inspirasi adekuat
3. Auscultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan
4. Latih dengan semangat dan anjurkan batuk mengunakan penguatan yang positif

2. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan insufisiensi oksigenasi untuk aktifitas dan
keletihan
Tujuan : Memperlihatkan kemajuan ( khususnya tingkat yang lebih tinggi dari mobilitas
yang mungkin )
Intervensi :
1. Kaji respon induvidu terhadap aktifitas
- Ukur TTV setelah aktifitas
- Ukur TTV sebelum aktifitas
2. Tingkatkan aktifitas secara bertahap
3. Lakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari
4. ajarkan klien penhematan anergi untuk aktifitas
5. Pergunakan waktu istirahat sesuai dengan jadual sehari-hari klien

3. Ansietas yang berhubungan dengan kesukaran bernafas dan ketakutan mati kehabisan nafas.
Tujuan : - Mengambarkan ansietas dan pola kopingnya
- Mengunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas
Inrevensi :
1. Kaji ansietas: ringan,sedang ,berat,panic
2. Memberikan ketentraman dan kenyamanan hati
3. Perlihatkan rasa empati
4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan
5. Berikan support mental pada pasien
4. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan
dengan anorexia sekunder terhadap dispnea dan keletihan
Tujuan : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutri tidak terjadi.
Intervensi :
1. Tentukan kebutuhan kalori harian yang realities dan adekuat konsulkan pada ahli gizi
2. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
3. Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah mengunyah makanan
4. Tawarkan makanan porsi kecil tapi sering
5. Intruksikan induvidu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk
- Makan-makanan dalam porsi kecil rendah lemak
- Minum-minuman bening dan hangat
- Makanan dihidangkan dalam keadaan hangat
6. Buat jadual makan sesuaikan dengan aktifitas.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk,(2001), Kapita selekta Kedoteran,edisi 3 jilid 1, Media Aesculapius FKUI

Lynda Juall Carpenito,(1999), Rencana Asuhan & Dukumentasi Keperawatan,edisi 2,
PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar