****ORANG YANG SALAH TAPI SELALU MENCARI KEBENARAN ADALAH ORANG YANG BODAH****

Selasa, 08 Maret 2011

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

1. Pengertiaan
Efusi Pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam cavum pleura.

2. Etiologi
1. Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
2. Kardiovaskular, seperti gagal jantung kongestif , embolus pulmonar, dan perikarditis.
3. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis , asites , abses , dan sindrom Meigs.
4. Infeksi yang disebabkan bakteri , virus , jamur, mikrobakterial, dan parasit.
5. Trauma.
6. Lain-lain, seperti lupus eritematosus sistemik, rheumatoid arthritis, sindrom nefrotik , dan uremia.
3. Gambaran Klinis
Tanda dan gejal klinis effuse pleora yang sering dijumpai yaitu:
1. Nyeri pleuritik,biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleora
2. Dispnea bervariasi,kesulitan pernapasan
3. Bunyi nafas
- Egofoni diatas paru-paru yang tertekan dekat effuse
- Menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena
4. Perkusi meredup diatas effuse pleura
5. Trakea bergeser menjauhi insisi yang mengalami effuse
6. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
Ekspansi dada asimatis
Ruang intercostals menonjol
Fremitus vocal dan raba berkurang
Peningkatan suhu tubuh

4. Diagnosis
1. Anamnesis: adanya keluhan nyeri dada dan dispnea.
2. Pemeriksaan Fisik: pada daerah efusi , fremitus tidak ada, perkusi redup, suara nafas berkurang.
3. Pemeriksaan Laboratorium : analisis cairan efusi , yang diambil lewat torakosentesis. Kriteria transudat dan eksudat dapat dilihat dari table di bawah ini.
4. Pemeriksaan Radiologi
Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang melengkung jika jumlah cairan efusi lebih dari 300 ml, pergeseran mediastunim kadang ditemukan.

5. Komplikasi
Infeksi dan Fibrosis Paru

Perbedaan Transudat dan Eksudat
Transudat Eksudat

Kadar Protein dalam efusi ( g/dl)<3 >3
Kadar Protein dalam efusi <0,5 >0,5
Kadar Protein dalam Serum
Kadar LDHdalam efusi (IU) <200 >200
Kadar LDH dalam efusi <0,6 >0,6
Kadar LDHdalam Serum
Berat jenis cairan efusi < 1,016 >1,016
Hasil tes Rivalta Negatif Positif
6. Penatalaksanaan
1. Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri,dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1- 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru,jika jumlah cairan efusi lebih bayak maka pengeluran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Antibiotik,jika terdapat empiema
3. Pleurodesis
4. Operatif.
7. Patofisiologi
Cairan secara normal mengalir dari pleura parientalis menembus melalalui ruang pleura menuju ke pleura vesiralis dan sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke pembuluh darah limfe. Mekanisme ini terjadi karena adanya tekananan hidrostatik. Tekanan kolid dan daya tarik elastis. Jika ada factor-faktor resikoyang mendorong terjadinya effuse pleura seperti peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik,penurunan tekanan osmotic koloid darah,peningkatan tekanan negatif intra pleural dan adanya inflamasi atau neoplastik paru maka keseimbangan prodoksi dan absorsi dapat terganggu. Keadaan ini dapat terjadi pada hipermia akibat inflamasi,perubahan tekanan osmotic ( hipoalbiminia ).Peningkatan tekanan vena (gagal jantung ). Akibatnya cairan yang terbentuk berlebihan dan terjadi penumpukan yang di sebut effuse pleura sehingga bisa menimbulkan masalah ke perawatan pola nafas tidak efektif.
Menurut dasar terjadinya maka efusi pleura di bedakan atas transudat daneksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vana pulmunalis misalnya pada payah jantung kongestif. Transudat dapat ula terjadi pada hipoprteinnemia yaitu pada pennyakit hati dan ginjasl atau penekanan tumor pada vena kava. Hal ini menyebabkan penegeluaran cairan dari pembuluh sehingga bisa tertimbun di rongga pleura. Apabila cairan terkena gaya grafitasi maka bisa menyebabkan cairan tertimbun didasar didar paru- paru. Tertimbunya dalam rongga pleura di kenal dengan hidrothoraks.
Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi, dan terjadi perleketan fibrosa antara pleura parientalis dan pleura vesiralis yang disebut fobrothoraks. Fibrothoraks jika meluas maka dapat menghambat mekanisme jaringan yang ada di bawahnya. Peradangan yang progresif.dalam jaringan paru dibawahnya dapat menyebabkan empiema.
Tanda dan gejala linis pleura yang sering dijumpai yaitu dispnea bervariasi : Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura. Pada trakea terjadi pergeseran menjahui sisi yang mengalami effuse ruang interkostalis juga menonjol, perkusi meredup di atas effuse pleura. Pada pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena. Egofoni terjadinya di atas paru-paru yan tertekan dekat effuse, suara nafas berkurang di atas effuse pleura. Fremitus vocal dan raba berkurang.
8. Patways


9. DX Keperawatan dan Rencana Asuhan keperawatan
1. Pola nafas tak efektif Berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ( Ukumulasi udara / cairan )
Tujuan : - Menunjukan pola pernafasan normal / efekstif dengan GDA dalam rentang
Normal
- Bebas sianosis
Tindakan :
1. Menidentifikasi etiologi / factor pencetus
2. Evaluvasi fungsi pernafasan
3. Awasi pola kesesuaian dan pola pernafasan bila mengunakan ventilasi mekanik
4. Uuscultasi bunyi nafas
5. Catat pengembangan dada dan posisi trakea
6. Kaji fremitus
7. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam
8. Pertahankan posisi nyaman
9. Pertahankan prilaku tenang
10. Kolaborasi untuk awasi / gambaranGDA dan nadi oksimetri
11. Kolaborasi untuk untuk berikan O2 tambahan melalui kanuh / masker sesuai indikasi

2. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Tujuan : Pasien mendemontrasikan pengertian tentang proses penyakit dan prinsip
penatalaksaan.
Tindakan
1. Kaji tingkat pengertian mengenai proses penyakit
2. Diskusikan gejala yang harus dilaporkan pada dokter
3. Jelaskan pentingnya untuk melakukan latihan sesuai toleransi
4. Instruksikan pasien dan berikan dorongan pasien untuk batuk dan nafas dalam.
5. Jelaskan pentingnya perawatan rawat jalan yang berlanjutan
6. Jelaskan pentingnya untuk menghindari orang yang mengalami infeksi ISPA
7. Diskusikan gejala demam atau flu untuk dilaporkan dokter
8. Diskusikan obat-obatan
9. Jelaskan pentingnya untuk menghindari obata-obatan bebas tanpa membicarakan
terlebi dahulu dengan dokter.

3. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan
dengan anorexia sekunder terhadap dispnea dan keletihan
Tujuan : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutria tidak terjadi.
Intervensi :
1. Tentukan kebutuhan kalori harian yang realities dan adekuat konsulkan pada ahli gizi
2. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
3. Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah mengunyah makanan
4. Tawarkan makanan porsi kecil tapi sering
5. Intruksikan induvidu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk
- Makan-makanan dalam porsi kecil rendah lemak
- Minum-minuman bening dan hangat
- Makanan dihidangkan dalam keadaan hangat
6. Buat jadual makan sesuaikan dengan aktifitas.
4. . Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan transport O2 sekunder terhadap
tirah baring
Tujuan
1. Individu akan mengidentifiasi factor-faktor yang memperberat pengubahan status
2. Induvidu akan berpartisipasi dalam perencanaan terapi untuk memiminimalkan atau membalik efek-efek pengubahan status
3. Induvidu akan mendemontrasikan kecukupan energi dan menyelesaiakn aktyifitas yang diinginkan atau kebutuhan.
Intervensi :
1. Kaji respon induvidu terhadap aktifitas
- Ukur TTV setelah aktifitas
- Ukur TTV sebelum aktifitas
2. Tingkatkan aktifitas secara bertahap
3. Lakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari
4. ajarkan klien penhematan anergi untuk aktifitas
5. Pergunakan waktu istirahat sesuai dengan jadual sehari-hari klien
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 65 Th
No. Regester :00 06 40
Agama : Islam
Alamat : Ngawi
Pendidikan : -
Pekerjaan : Tani
Tanggal MRS : 20 Januari 2005
Jam : 10 36 WIB
Diagnosa Medis : Pleura elfusion

11. KELUHAN UTAMA
- Saat MRS : Klien mengatakan Sesak
- Saat Pengkajian : Klien Mengatakan sesak dan dada terasa nyeri
111. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien merasa sesak,batuk dan berobat di Pkm Panekan Magetan menjalani rawat inap selama 6 hari karena belum ada perubahan kemudian di bawa berobat ke dr Suwandi Oleh dr. kemudian di sarankan untuk Foto thoraks Hasil foto thoraks dengan kesimpulan Pleura elfusion oleh dokter disarankan untuk rawat inap di RS klien menolak minta berobat jalan. Selama 3 Minggu kemudian klien bertambah sesak,batuk ,nafsu makan menurun akhirnya klien dibawa ke RS Dr. Soedono Madiun untuk rawat inap dengan keluhan sesak sudah 1 bulan yang lalu Nafsu makan menurun, Perut terasa nyeri,blood streep tidak ada, kepala terasa pusing
Suhu 36C, Nadi 88 x /mt, Tensi : 160 / 90 , RR: 30 x/mt mendapatkan terapi :
- Infus Dex 5% ? RL 2:1 Drip Aminopiln 1 Amp
- Morexine 3 x 1 Gr
- Babutin 2-2-0
- Rifamicin 1-0-0
- Diabion 0-1-0

1V. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
- Klien mengalami sakit darah tinggi,Kencing manis, dan paru-paru dan sudah lama dan juga pernah
menjalani rawat inap di rumah sakit.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
- Dalam keluarga tidak ada yang sakit seperti yang dialami oleh klien
- Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular : batuk darah ataupun sakit kuning
V1. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya
- Persepsi klien terhadap masalah
Klien mengatakan penyakitnya / sakitnya mengangap sakitnya sudah parah dan sangat serius
- Harapan klien terhadap masalahnya
Kien berharap sakitnya ini segara sembuh dan pulang
b. Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien
- Persepsi keluarga terhadap masalah klien
Keluarga sangat khawatir dengan sakit yang dialami oleh klien
- Harapan keluarga terhadap masalah klien
Keluarga sangat berharap keadan klien cepat pulih dan cepat sembuh
c. Pola Interaksi dan komunikasi
- Klien mau membicarakan masalahnya dengan keluarga dan petugas
- Klien dapat berkomunikasi dengan bahasa jawa
- Klien dapat menjawap pertayaan yang diajukan oleh petugas
d. Pola Pertahanan
- Klien bila punya masalah dengan penyakitnya dibicarakan dengan keluarga dan bila terasa
sakit sekali selalu membaca Istigfar
e. Pola nilai dan kepercayaan

Klien beragama islam taat menjalankan ibadah seperti sholat lima waktu
f. Pengkajian Konsep diri

- Klien merasa dengan sakitnya ini sangat khawatir dan membebani keluarganya serta menganggu
aktivitas dari keluargany
VIII. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum Klien
Keadaan umum klien lemah \,kesadaran Composmentis,GCS 456
Suhu 36C, Nadi 88 x /mt, Tensi : 160 / 90 , RR: 30 x/mt

b. Pemeriksaan Kepala dan muka

- Kepala : tidak ada benjolan rambut panjang lurus beruban, tidak ada ketombe.
- Muka : Hidung semetris tidak ada secret, pernafas dengan mengunakan cuping hidung,tidak ada
polip, klien nampak pucat, sianosis terpasang O2

c. Pemeriksaan Telinga
- Bentuk kedua daun telinga simetris , fungsi pendengaran berkurang,tidak ada serumen,tidak ada
cairan.

d. Pemeriksaan Mata

- Fungsi penglihatan baik dapat membaca ,Kunjuktiva tidak anemis,seklera tidak ekterus,Cornea
tidak keruh,Bulu mata tidak rontok
e. Pemeriksaan Mulut dan Farink
Bentuk mulut semetris mukosa nampak pucat,tidak ada pembesaran tonsil dan dapat menelan.
f. Pemeriksaan leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,tidak ada pebesaran vena jugularis.
g. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

- Tidak ada benjolan pada mamae dan nyeri tekan,
- Tidak ada pembesaran kelenjar axilla

h. Pemeriksaan Thorak

h.1. Pemeriksaan Paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris RR 30 x/mt
Auscultasi : tidak ada wheezing atau ronchi
Palpasi : Vocal premitus teraba tidak simetris berkurang pada bagian kanan
Percusi : Sonor (meredup pada bagian pleura yaitu bagian dada kanan )

h.2. Periksaan Jantung
Auscultasi : Suara jantung S 1dan S2 Tredengan tunggal dan teratur
: T 160 / 90 mmHg
Inspeksi : Terlihat ictus cordis pada ICS V mel kiri
Perkusi : Sonan
Palpasi : N= 88 x/mt kuat dan teratur

i. Pemeriksaan Abdoment

Inspeksi : Bentuk datar tidak ada pembesaran hepar,tidak acites
Auscultasi : Bising Usus : 5 x mt
Palapasi : nyeri tekan ,Kembung
Percusi : Hypertimpani.
j. Pemeriksaan integument
Warna kulit : Coklat pucat tidak sianosis
Temperatur : Hangat S 36 C
Edema : Tidak edema
Lesi : Tidak ada
Keadaan : kulit bersih
k. Pemeriksaan Angota Gerak ( ekstremitas )
Tangan kanan : bisa untuk digerakkan dengan bebas terpasang : infusD5% drip aminopilin 1
Amp
Tangan kiri : Bisa digerakkan dengan bebas.
Kaki kanan : bisa untuk digerakkandengan bebas,tidak edema
Kaki kiri : Bisa digerakkan dengan bebas,tidak edema.
l. Pemeriksaan Genetalia dan sekitar anus
Tidak terkaji

m. Pemeriksaan Saraf Dan Neorologis

- Kesadaran : Composmentis GCS 456
- Pemeriksaan saraf cranial
N1( Olvaktorius) :Tidak ada kelainan dapat membedakan bau
N 11 ( Opticus) : Tidak ada kelainan ,fungsi penglihatan baik
N 111( okulamotorius ) : Tidak ada kelainan reflek cahaya +
N 1V ( Troklerius) : Tidak ada kelainan Dapat mengerakkan bola mata berputar
N V (Trigeminus ) : Tidak ada kelainan dapat mengerakkan bola mata kesamping
N V1 (Abdusen ) : Tidak ada kelainan Dapat mengerakkan rahang
N V11 ( Fasialis ) : Bicara mulut simetris
V111( Vestibulo Koklearis ) : Pendengaran berkurang
N1X( Glosofaringeus) : dapat menelan makan / minuman dengan baik
NX ( Vagus ) :Terjadi perubahan suara saat bicara agak serak
NX1 ( Aksesorius) : Tidak ada kelainan dapat memalingkan kepala
NX11( Hipogloserius) : dapat bicara dengan norma

1X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Belum ada pemeriksaan

X. PENATALAKSANAAN

- Infus Dex 5% ? RL 2:1 Drip Aminopiln 1 Amp
- Morexine 3 x 1 Gr
- Babutin 2-2-0
- Rifamicin 1-0-0
- Diabion 0-1-0

DAFTAR MASALAH

MASALAH KEPERAWATAN

Pola nafas tak efektif Berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ( Ukumulasi udara / cairan )

Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan anorexia sekunder terhadap dispnea dan keletihan

Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan transport O2 sekunder terhadap tirah baring
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola nafas tak efektif Berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ( Ukumulasi udara / cairan )
TUJUAN / KRETERIA HASIL
Tujuan :
- Menunjukan pola pernafasan
normal / efekstif dengan GDA
dalam rentang Normal
- Bebas sianosis


INTERVENSI
1. Menidentifikasi etiologi / factor pencetus
2. Evaluvasi fungsi pernafasan
3. Awasi pola kesesuaian dan pola pernafasan bila mengunakan ventilasi mekanik
4. Uuscultasi bunyi nafas
5. Kaji fremitus
6. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam
7. Pertahankan posisi nyaman
8. Pertahankan prilaku tenang
9. Kolaborasi untuk awasi / gambaranGDA dan nadi oksimetri
10. Kolaborasi untuk untuk berikan O2 tambahan melalui kanuh / masker sesuai indikasi

RASIONAL
1. Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapiutik lain
2. Distres pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi akibat stress fisiologi dan nyeri.
3. Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus
4. Pengemabngan dada sama dengan ekspansi paru.
5. Suara dan taktil fremitus ( Vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan
6. Sokongasn terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif/ mengutrangi trauma
7. Meningkatkan inspirasi maksimal
8. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia yang dapat dimanifestasikan sebagai ansietas atau takut.
9. Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi
10. Alat dalam penurunan kerja nafas meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksia

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk,(2001), Kapita selekta Kedoteran,edisi 3 jilid 1, Media Aesculapius FKUI
Lynda Juall Carpenito,(1999), Rencana Asuhan & Dukumentasi Keperawatan,edisi 2, EGC
Doengoes Marilynn E , Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3, EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar